Franz Magnis Suseno

Franz Magnis Suseno

Ia akrab disapa Romo Magnis merupakan seorang tokoh umat Katolik sekaligus seorang budayawan Indonesia. Awalnya, ia merupakan anak dari keluarga bangsawan. Saat masih berkewarganegaraan Jerman, nama aslinya adalah Franz Graf von Magnis. Namun saat resmi menjadi warga negara Indonesia pada tahun 1077, ia menambahkan nama ‘Suseno’ di belakang namanya.

Jabatan sebagai direktur program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara juga tengah disandangnya. Romo Magnis Suseno dikenal sebagai rohaniawan dan tokoh lintas agama yang giat memperjuangkan demokrasi, toleransi, dan hak-hak asasi manusia di dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.

Bagaimana pemikirannya tentang Indonesia dapat Anda ikuti langsung di Pasar Hamburg. Bergabunglah bersama Romo Magnis di Pasar Hamburg untuk berbagi pemikiran tentang Indonesia modern yang berakar dari tradisi intelektual nusantara.

RIWAYAT HIDUP DAN KEGIATAN ILMIAH
PROF. DR. FRANZ MAGNIS-SUSENO SJ

Romo Franz Magnis-Suseno, anggota Ordo Yesuit, adalah guru besar em. di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta. Ia lahir 1936 di Jerman (Silesia). Sesudah lulus gimnasim di Kolese Yesuit di St. Blasien 1955 ia masuk Ordo Serikat Yesus (Yesuit). Sesudah studi filsafat di Pullach ia 1961 ke Indonesien. Di sana ia belajar dulu bahasa Java dan bahasa Indonesia, kemudian menjadi pengurus asrama siswa di Kolese Kanisius di Jakarta selama dua tahun. 1964 sampai 1968 ia studi teologi di Yogyakarta. 1967 ia ditahbiskan imam oleh Kardinal Justinus Darmojuwono. Sesudah masa Tersiat (tahap terakhir dalam formasi seorang Yesuit) di Pullach 1968 ia, bersama beberapa Romo Yesuit lain, ditugaskan oleh atasannya untuk membangun suatu tempat studi filsafat di Jakarta, yang dilakukannya bersama Romo-romo dari Orde Fransiskan. Ia menjadi sekretaris dan “fundraiser” sekolah tinggi yang menamakan diri “Driyarkara” (menurut alm. prof. Dr. N. Drijarkara SJ) itu. Sekolah Tinggi itu membuka kuliahnya 1969 dengan delapan mahasiswa. Sekarang jumlah mahasiswa hampir 400, baik di tingkat sarjana, magister maupun doktor.

1971 sampai 1973 ia studi doktor di Ludwig-Maximilian-Universitas di München dan mencapai promosi dengan tulisan tentang Karl Marx. In Jakarta ia memberi kuliah tentang etika dan filsafat politik dan tetap berjabat sebagai sekretaris eksekutif STF Driyarkara. Sejak 1975 ia juga mengajar (sampai tahun 2016) di Universitas Indonesia dan kemudian selama sembilan tahun di Universitas Katolik Parahyangan di Bandung. 1977 ia memperoleh kewarganegaraan Indonesia dan sejak itu menamakan diri Franz Magnis-Suseno. Beberapa kali ia memberi kuliah tentang etika Jawa selama satu semester di München (di Geschwister-Scholl-Institut Universitas Ludwig-Maximilian dan di Hochschule für Philosophie) dan di Fakultas Teologi Universitas Innsbruck. 1988 sampai 1998 ia Ketua STF Driyarkara dan 1995 – 2005 Direktur Program Pascasarjana yang menawarkan studi magister dan doktor. 2000 ia diterima sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2002 ia menerima Doktor honoris causa dari Fakultas Teologi Universitas Luzern. 2008 – 2017 ia Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Driyarkara, penyelenggara STF Driyarkara.

Magnis-Suseno banyak memberi prasaran dan ceramah, muncul dalam talkshows di TV dan sampai sekarang menulis lebih dari 700 karangan populer maupun ilmiah, banyak dalam media Indonesia, serta menulis 40 buku, kebanyakan dalam bahasa Indonesia, terutama di bidang etika, filsafat politik, alam pikiran Jawa dan filsafat ketuhanan. Buku-bukunya yang paling laku, selain Etika Jawa.(Gramedia 1984) dan Etika Dasar (Kanisius 1987) adalah “triloginya” Pemikiran Karl Marx, Dalam Bayang-bayang Lenin dan Dari Mao ke Marcuse (tiga-tiganya Gramedia), Menalar Tuhan (Kanisiau 2006), Iman dan Hati Nurani (Obor 2014) dan edisi baru Etika Politik.(Gramdedia 2016).

Di antara penghargaan yang diterimanya ada Das große Verdienstkreuz des Verdienstordens Republik Federasi Jerman (2001), Korban Lumpur Lapindo Award dari para kurban lumpur Lapindo (2007) dan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden R. I. (2015).

~ Zeitplan ~

Lasst uns für einen Moment eine “Reise” nach Indonesien machen.

Am Samstag 09. und Sonntag 10. September 2017
von 11.00 - 19.00 Uhr, in der Messehalle Hamburg

Eintrittspreise

EUR 5,00 Regulär
EUR 3,00 Ermäßigt Studenten ab 15. Lebensjahr, Schwerbehinderte

Eintritt frei für Kinder bis 15 Jahre

Nama Fam:

Nama:

Email :

jumlah tiket :

Hari :

Program

Musik

Tarian

Pameran

Workshop

Forum Diskusi

Pemutaran Film

Bedah Sastra

Program Anak

Pasar Seni dan Kuliner

Dunia Mode

Pin It on Pinterest