Okky Madasari
PENULIS Okky Puspa Madasari, lahir tahun 1982 di Magetan
Karya-karyanya menjelajahi pusat peristiwa politik dan kondisi sosial di masa lalu dan masa kini di Indonesia: “Saya ingin memperlihatkan bahwa Indonesia setelah runtuhnya rezim totaliter masih tetap menghadapi banyak rintangan, termasuk ketidak-adilan, korupsi, diskriminasi, kekerasan, dan kemiskinan”. Novel pertamanya “Entrok” (2010, edisi Inggris “The Years of the Voiceless”, 2013) sebuah epik kisah hidup di masa pemerintahan totalitarian dan militerisme Orde Baru di bawah Presiden Suharto. Tahun 2011, dia menerbitkan “86”, novel kedua yang memfokuskan pada tema korupsi yang merata dan khususnya dalam jajaran pegawai negeri. “Maryam” (2012), tentang pengusiran komunitas Ahmadiyah dari tempat asalnya dan membuat Madasari yang pada waktu itu berusia 28 tahun menjadi penerima termuda penghargaan Hadiah Sastra Khatulistiwa, sebuah penghargaan sastra penting di Indonesia.
BUKU PASUNG JIWA
Novel “Pasung Jiwa” (2013) Edisi Jerman “Gebunden. Stimmen der Trommel” (Sujet Verlag). Edisi Inggris “Bound” (2014)
Sebuah kisah tentang dua sahabat yang meninggalkan bangku universitas di tahun 90an dan menjadi pengamen jalanan. Dalam salah satu pertunjukkannya keduanya menarik perhatian atas hilangnya seorang buruh pabrik, pada saat itu juga keduanya ditahan. Di dalam penjara mereka mengalami penyiksaan dan penghinaan, yang termuda dari keduanya adalah seorang waria bernama Sasa, berulang-ulang diperkosa. Dia mengalami trauma sepenuhnya ketika keduanya dilepaskan. Sasa dikirim ke Rumah Sakit Jiwa sementara sahabat satunya yang lebih tua mencari nafkah sebagai buruh pabrik. Selama masa kekacauan di akhir tahun 90an dia kehilangan pijakan dan bergabung dengan kelompok jihadis. Dalam novel ini Madasari berhasil menunjukkan keahliannya sebagai pengamat yang tenang dan apa adanya mengenai tumbuh suburnya posisi kelompok ekstrimis di negaranya. Atas desakkan penerbitnya, dia serahkan versi suntingan novelnya. Karyanya yang kelima sebuah novel “Kerumunan Terakhir” (2016) menyoroti pengaruh digitalisasi dan media sosial dalam kehidupan masyarakat.
Madasari adalah salah satu pendiri ASEAN Literary Festival di Jakarta, dimana saat ini dia menetap.